Aroma
khas embun pagi masih setia menemani
Masih
jelas ku indrai kicau burung-burung menyapa pagi
Sesekali
terbang hinggap dipucuk-pucuk kehijauan
Menari dibirunya
atmosfir bumi
Mata ku liar bergerak menuju cemericik air
Kudapati dingin jernih nan bening
Masih ramai kiranya biota-biota air itu berlarian
Membersamai langkah kehidupan
Kudapati dingin jernih nan bening
Masih ramai kiranya biota-biota air itu berlarian
Membersamai langkah kehidupan
Jauh ku
pandang tinggi rimbun nan menghijau
Mengitari
tempatku berdiri..
Aku bebas lepas menghirup udara
Karna tak kan kuragu akan jatah oksigen disetiap hari ini
Aku bebas lepas menghirup udara
Karna tak kan kuragu akan jatah oksigen disetiap hari ini
Aku
menyebutnya keseimbangan
Lalu kudapati tangan-tangan ambisius menyetir alam ini
1000 atau
bahkan 100 tahun lagi
Embunku
tinggallah asap penyesak paru
Kicau burung berganti deru polusi suara
Kicau burung berganti deru polusi suara
Atmosfirku
menjadi kelabu dibalik pilar-pilar pencakar langit
Kucari
kejernihan dan kebeningan
Namun yang kudapati hanya hitam
Sedang biota-biota itu sengaja bersembunyi atau kah memang telah mati
Namun yang kudapati hanya hitam
Sedang biota-biota itu sengaja bersembunyi atau kah memang telah mati
Kehijauan
itu kini tinggallah fatamorgana
Semua
tampak satu warna… coklat kelabu
Hingga
kudapati kehidupan ini dalam fase
jenuhnya
Bagai daun
yang layu jatuh dan mengering
::Wanita Puisi::
|Febrin Muftia Sari|